Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (28/8) mengatakan bahwa langkah awal Israel untuk mengambil alih Gaza City secara militer menandai fase baru yang berbahaya dengan konsekuensi yang menghancurkan.
Guterres menyampaikan pernyataan tersebut menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB.
SOUNDBITE (Bahasa Inggris): ANTONIO GUTERRES, Sekretaris Jenderal PBB
"Ratusan ribu warga sipil, yang sudah kelelahan dan trauma, akan dipaksa mengungsi lagi, menjerumuskan keluarga-keluarga ke dalam bahaya yang bahkan lebih dalam lagi. Ini harus dihentikan.
Pada saat yang sama, kita telah menyaksikan lebih banyak lagi serangan Israel yang tidak bermoral, termasuk awal pekan ini di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Satu serangan disusul oleh serangan lainnya, menewaskan warga sipil, termasuk tenaga medis dan jurnalis yang sedang menjalankan tugas penting mereka. Semua itu disaksikan oleh dunia.
Warga sipil harus dilindungi. Mari kita perjelas: Tingkat kematian dan kehancuran di Gaza belum pernah mencapai titik separah ini dalam sejarah masa kini. Kelaparan bukan lagi kemungkinan yang membayangi, melainkan bencana yang nyata terjadi saat ini. Orang-orang meninggal karena kelaparan. Keluarga-keluarga tercerai-berai karena pengungsian dan keputusasaan. Perempuan hamil menghadapi risiko yang tak terbayangkan. Dan sistem-sistem penopang kehidupan, seperti makanan, air, layanan kesehatan, telah dihancurkan secara sistematis. Inilah fakta di lapangan. Dan semuanya merupakan hasil dari keputusan yang disengaja yang bertentangan dengan prinsip dasar kemanusiaan.
Israel, sebagai kekuatan yang menduduki wilayah itu, memiliki kewajiban yang jelas. Israel harus memastikan penyediaan makanan, air, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Israel harus menyetujui dan memfasilitasi akses kemanusiaan yang jauh lebih besar. Israel harus melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil. Dan Israel harus mengentikan penghancuran terhadap hal-hal yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup penduduk sipil.
PBB dan mitra-mitra kami melakukan semua yang kami bisa, sering kali dengan risiko pribadi yang besar. Bahkan, 366 personel PBB telah tewas secara tragis. Hari demi hari, upaya kami diblokir, ditunda, dan ditolak. Ini tidak dapat diterima.
Di Tepi Barat, situasinya juga sangat mengkhawatirkan.