"Sangat penting untuk memperbaiki situasi kemanusiaan yang sangat buruk ini secara signifikan dan untuk mendapatkan tanggapan tertulis dari pihak musuh mengenai respons kami," ujar Basem Naim, seorang pejabat senior Hamas, kepada CNN. "Ini adalah syarat untuk kembali ke perundingan."
Kelompok ini juga menolak saran demiliterisasi, menyatakan bahwa hanya pemulihan penuh hak-hak nasional Palestina yang dapat menghasilkan kompromi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin mengatakan dirinya akan mengarahkan tentara Israel akhir pekan ini untuk mencapai tiga tujuan perang "tanpa terkecuali" di Gaza, yakni "mengalahkan musuh, membebaskan para sandera, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi mengancam Israel."
Dalam kunjungan regional baru-baru ini, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, juga menekankan perlunya pergeseran dalam negosiasi, dari perjanjian bertahap menjadi kesepakatan komprehensif yang akan membebaskan semua sandera sekaligus.
Berbicara dengan keluarga para sandera pada Sabtu (2/8), dia juga mengatakan bahwa Hamas "siap untuk didemiliterisasi," menurut surat kabar Israel, Haaretz.
Warga Palestina berkabung untuk seorang korban, yang tewas dalam serangan udara Israel, di sebuah rumah sakit di Gaza City pada 4 Agustus 2025. (Carapandang/Xinhua/Mahmoud Zaki)
AS DUKUNG ISRAEL