Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan tentang situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, di kantor pusat PBB di New York pada 5 Agustus 2025. (Carapandang/Xinhua/UN Photo/Loey Felipe)
Menyuarakan keprihatinan yang sama, Ghassan Khatib, profesor hubungan internasional di Universitas Birzeit di Ramallah, mengatakan bahwa meski diterpa kecaman global yang belum pernah terjadi sebelumnya, AS "terus melindungi Israel secara diplomatis dan militer."
"Jika tekanan internasional dan kemarahan publik terus meningkat, terutama di kalangan masyarakat Barat, AS pada akhirnya akan menyadari bahwa sikapnya saat ini tidak dapat dipertahankan," katanya.
Will Todman, peneliti senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, mengatakan bahwa dukungan AS yang terus berlanjut bagi pemerintah Israel "telah melindungi Israel dari tekanan internasional."
Dengan dukungan tersebut, pemerintah Israel "kemungkinan tidak akan mengubah prioritas strategisnya di Gaza," katanya.
"Kredibilitas AS telah rusak parah, dan secara operasional AS kini berada dalam posisi yang sangat terbatas akibat kebijakan yang diberlakukannya sendiri, sehingga kemampuannya untuk memberikan bantuan yang berarti bagi warga Gaza sangat berkurang," tulis J. Stephen Morrison dan Leonard Rubenstein dari Pusat Kebijakan Kesehatan Global di Pusat Kajian Strategis dan Internasional dalam sebuah artikel.